Pesona Maha Dahsyat Alam dan Kebudayaan Tana Toraja

Alam Tana Toraja

Pesona itu bernama Tana Toraja. Tempat ini sebagai tanah para raja. Tana Toraja terletak dalam wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, ibu kota Makale. Letaknya kurang lebih 328 km dari ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar. Tana Toraja masuk ke dalam area pegunungan bagian tengah dengan ketinggian 300 s.d 2880 meter di atas permukaan laut. Tempat ini memadukan kesegaran dan kesejukan. Suhu udara yang berkisar 16 s.d 28 derajat Celcius menyajikan suasana yang pas untuk beristirahat dan memulihkan kesehatan. Sawah-sawah terasering hijau, tumbuh-tumbuhan dan rumpun-rumpun bambu dilatarbelakangi oleh gugusan karst serta dibawah atap birunya langit. Tongkonan, yang merupakan rumah-rumah tradisional Tana Toraja, menyajikan komposisi yang indah melengkapi pemandangan mahadahsyat.

Peta Tana Toraja

Peta Tana Toraja (indonesia-tourism.com)

Budaya Tana Toraja

Orang Toraja

Budaya nenek moyang manusia Toraja terbentuk dengan latar belakang suatu sistem religi atau agama suku yang oleh masyarakat Toraja disebut PARANDANGAN ADA’ (harfiah: Dasar Ajaran/Peradaban) atau ALUK TO DOLO. ALUK TO DOLO percaya satu dewa yaitu PUANG MATUA. Di samping itu dikenal juga DEATA (dewa-dewa) yang berdiam di alam, yang dapat mendatangkan kebaikan maupun malapetaka, tergantung perilaku manusia terhadapnya.

Semua aktifitas manusia memiliki nilai sakral mulai dari persoalan tidur sampai membangun rumah. Demikian halnya keberadaan qmanusia dari lahir sampai mati, aturan-aturan etis dan ritus serta simbol-simbol yang berhubungan dengan kesakralan itu selalu mengiringi keberadaan manusia Toraja. Aturan-aturan etis dan ritus serta simbol-simbol itu menghubungkan manusia secara khas dengan tatanan faktual, baik dengan yang ilahi, maupun dengan sesama manusia dan alam. Kepercayaan inilah yang membentuk pandangan hidup manusia Toraja dan menjadi budaya yang melekat dengan begitu kuatnya. Petunjuk nenek moyang tetap menjadi pegangan, masyarakat lebih takut melanggar pamali (pantangan yang diajarkan budaya). Mereka taat kepada pemuka adat dan pelanggaran terhadap pamali akan langsung berhadapan dengan nasib buruk.

Dalam budaya nenek moyang manusia Toraja, ada stratifikasi sosial yang cukup menonjol. Ketika perbudakan masih berlaku di Toraja, dikenal golong puang (penguasa, tuan) dan kaunan (budak). Pada zaman kolonial hal itu dilarang, namun dalam prakteknya, masyarakat adat Toraja tetap membedakan empat kasta dalam masyarakat yang diurut dari yang tertinggi yaitu TANA’ BULAAN (Keturunan Raja. Bulaan artinya Emas); TANA’ BASSI (Keturunan bangsawan. Bassi artinya Besi); TANA’ KARURUNG (Bukan bangsawan, tetapi bukan juga manusia kebanyakan. Karurung adalah sejenis kayu yang keras); dan yang terendah adalah TANA’ KUA-KUA (kua-kua, sejenis kayu yang rapuh). Dalam hubungan dengan upacara-upacara adat, dikenal pula golongan imam (to minaa atau to parenge’) dan manusia awam (to buda).

Semangat kebersamaan manusia Toraja yang terkenal dengan SEMBOYAN MISA’ KADA DI POTUO PANTAN KADA DI PO MATE (artinya kurang lebih sama dengan “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh). Ini tercermin dalam salah satu upacara adat Toraja yaitu upacara pemakaman (RAMBU SOLO). Dari luar kita bisa melihat adanya nilai budaya yang besar dalam
upacara ini. Ada pondok-pondok yang dirikan secara gotong-royong. Hewan kurban (kerbau dan babi) disiapkan untuk menjamu tetamu yang datang sekaligus simbol penghargaan kepada yang meninggal. Setelah itu sanak famili dan kenalan mengungkapkan tanda duka cita melalui kehadiran dalam upacara itu sekaligus membawa babi atau kerbau sebagai tanda simpati. Pada akhir pesta biasanya 3 sampai 4 hari, ada juga hewan kurban yang disisihkan untuk disumbangkan kepada tempat ibadat.

Martabat di mata masyarakat dijunjung tinggi. Keluarga mempersiapkan pesta dengan hewan kurban sebanyak mungkin. Sementara itu, sumbangan duka cita (dalam bentuk hewan kurban) yang dibawa famili yang lain atau kenalan, dianggap sebagai hutang. Jika sekali waktu kenalan tersebut menggelar upacara yang sama, maka mau tidak mau hutang itu harus
dibayar. Jika tidak, harga diri menjadi taruhan. Tidak ada orang Tana Toraja yang tidak memiliki kebanggaan terhadap tradisi budaya serta keindahan panorama alam yang dimilikinya. Sebuah komposisi kemahadahsyatan semesta. Tana Toraja juga tercermin pada penduduknya. Walaupun mereka sudah menganut agama Kristen atau pun Muslim, masih ada yang menggabungkan kepercayaan agama-agama itu dengan kepercayaan peninggalan nenek moyang yang kadang kala berbau mistis. Dengan identitas etnis yang dimiliki, orang Toraja dengan senang hati menyambut siapa saja yang ingin menyaksikan kebudayaan mereka.

Tongkonan

Tongkonan merupakan rumah adat orang Toraja. Sebuah rumah dengan dekorasi unik. Atapnya melengkung menyerupai perahu, terdiri atas susunan bambu (saat ini sebagian tongkonan menggunakan atap seng). Di bagian depan terdapat deretan tanduk kerbau. Bagian dalam ruangan dijadikan tempat tidur dan dapur. Tongkonan sendiri digunakan juga sebagai tempat untuk menyimpan mayat. Tongkonan dibagi berdasarkan tingkatan atau peran dalam masyarakat (strata sosial masyarakat Toraja). Di depan tongkonan terdapat lumbung padi, yang disebut ‘alang‘. Tiang-tiang lumbung padi ini dibuat dari batang pohon palem (bangah), saat ini sebagian sudah dicor. Di bagian depan lumbung terdapat berbagai ukiran, antara lain bergambar ayam dan matahari, yang merupakan simbol untuk menyelesaikan perkara. Tongkonan merupakan pusat kehidupan sosial orang Toraja. Tongkonan berasal dari kata tongkon yang bermakna menduduki atau tempat duduk. Dikatakan sebagai tempat duduk karena dahulu menjadi tempat berkumpulnya bangsawan Toraja yang duduk dalam tongkonan untuk berdiskusi. Rumah adat ini mempunyai fungsi sosial dan budaya yang bertingkat-tingkat di masyarakat. Awalnya merupakan pusat pemerintahan, kekuasaan adat, sekaligus perkembangan kehidupan sosial budaya masyarakat Toraja.

Pemukiman di Tana Toraja

Pemukiman di Tana Toraja dengan pemandangan alam yang indah (tumblr.com)

Ritual yang berhubungan dengan tongkonan sangatlah penting dalam kehidupan orang Toraja. Semua anggota keluarga diharuskan ikut serta dalam ritual yang berhubungan dengan tongkonan sebab hal ini melambangkan sebuah hubungan lintas dimensi antara orang hidup dan yang telah meninggal. Menurut cerita rakyat Toraja, tongkonan pertama dibangun di surga dengan empat tiang. Ketika leluhur suku Toraja turun ke bumi, dia meniru rumah tersebut dan menggelar upacara yang besar. Pembangunan tongkonan adalah pekerjaan yang biasanya dilakukan dengan bantuan keluarga besar. Ada tiga jenis tongkonan. Tongkonan layuk adalah tempat kekuasaan tertinggi, yang digunakan sebagai pusat “pemerintahan”. Tongkonan pekamberan adalah milik anggota keluarga yang memiliki wewenang tertentu dalam adat dan tradisi lokal. Tongkonan batu adalah untuk anggota keluarga biasa.

Saat ini, pemukiman tradisional orang Toraja telah dinominasikan sebagai salah satu warisan dunia. Amazing, sebagai orang Indonesia, bangga sekali ada salah satu kebudayaan dari bangsa ini yang menjadi warisan budaya dunia. Sangatlah merugi kalau kita belum pernah melihat secara langsung.

Aluk Todolo

Aluk Todolo memiliki arti ‘kepercayaan orang-orang tua’ atau ‘ritual nenek moyang’, dimana didalamnya terdapat banyak sekali mitos serta ritual kuno. Menurut kosmologi Aluk Todolo, dunia terdiri dari 2 bagian, yaitu: dunia atas dan dunia bawah. Pada mulanya surga dan bumi menikah, dan dari hasil pernikahan itu terciptalah kegelapan. Tak lama kemudian, terjadilah perpisahan dan terciptalah cahaya. Dari pernikahan itu, lahir pula beberapa dewa/tuhan dalam konsep Aluk Todolo. Beberapa dewa utama yang disembah adalah:

  • Puang Matua, sang dewa utama dan penguasa surga.
  • Pong Banggai di Rante merupakan dewa bumi.
  • Pong Tulak Padang bertugas untuk membawa bumi dalam telapak tangannya, dan bersama-sama dengan Puang Matua menjaga keseimbangan bumi, serta memisahkan antara siang dan malam.

Namun sayang, istri dari Pong Tulak Padang yang bernama Indo’ Ongon-Ongon ternyata memiliki tabiat yang buruk. Ia sering kali menyebabkan gempa bumi dan menganggu keseimbangan bumi. Selain itu, ada satu dewa lagi yang cukup ditakuti. Ia bernama Pong Lalondong, sang penguasa dunia maut yang bertugas untuk mengadili jiwa-jiwa yang telah mati. Dan masih banyak dewa-dewa lainnya yang menempati dunia atas dan dunia bawah. Sementara itu, di bumi juga terdapat makhluk halus dan setan yang berdiam di sungai, pohon, dan batu.
Tugas utama manusia adalah untuk menjaga keseimbangan antara dunia atas dan dunia bawah dengan cara melakukan ritual. Ada 2 garis besar ritual dalam Aluk Todolo, yaitu Rambu Tuka dan Rambu Solo.

Rambu Tuka (matahari terbit).

Ritual ini diasosiasikan dengan arah Utara dan Timur, serta dengan kebahagiaan dan hidup. Yang termasuk dalam ritual ini antara lain adalah ritual untuk kelahiran, pernikahan, kesehatan, rumah, komunitas dan padi. Yang paling penting dalam ritual ini adalah Bua’ dan Merok.

Rambu Solo (matahari terbenam)

Ritual ini diasosiasikan dengan arah Selatan dan Barat, serta dengan kegelapan, malam, dan kematian. Menurut kepercayaan Toraja, apabila seseorang mati, maka ia akan hidup di dunia lain sama seperti di bumi (bersama harta kekayaannya). Oleh karena itu, tidaklah heran apabila dalam upacara kematian, selalu dibarengi dengan pengorbanan beberapa hewan ternak. Karena dipercaya hewan yang dikorbankan tersebut akan ikut melayani majikannya ke alam baka.

Dunia orang mati disebut dengan Puya ‘tanah dari jiwa-jiwa’, yang terletak di bawah bumi sebelah barat laut. Dipercaya apabila pesta kematian dilakukan dengan sangat besar, megah, dan mewah, maka jiwa yang telah meninggal tersebut akan dapat mencapai Puya. Sesampainya di sana, ia akan diadili oleh Pong Lalondong lalu kemudian pergi mendaki gunung untuk mencapai surga. Menurut Aluk Todolo, orang Toraja sebenarnya berasal dari langit. Bahkan bukan hanya manusia yang berasal dari langit. Hewan-hewan seperti ayam, kerbau, hujan, padi, dan kapas juga diturunkan dari langit.

Datu’ Laukku merupakan sosok Adam dalam sistem kepercayaan Toraja. Ia adalah nenek moyang manusia yang diciptakan oleh Puang Matua, dari bahan emas murni dengan perantaraan Sauan Sibarrung. Selama beberapa generasi, Datu’ Laukku dan keturunannya tetap hidup di langit. Sampai pada akhirnya keturunannya yang bernama Pong Bura Langi diturunkan ke bumi. Setelah turun ke bumi, Pong Bura Langi lalu mempunyai anak yang bernama Pong Mula Tau, yang dianggap sebagai manusia pertama. Namun, versi lain mengatakan bahwa Pong Bura Langit tidak turun sendirian. Ada lagi Puang Soloara yang turun di Sasean, Puang Tamboro Langi (Sawerigading) yang turun di Kandora, serta Puang ri Kesu yang turun di Gunung Kesu. Mereka in disebut, “tomanurun di langit”. Ketika turun dari langit, Pong Bura Langi juga turut membawa serta tumbuh-tumbuhan yang bisa dimakan (seperti padi, ubi, dan sebaginya) dan juga hewan ternak. Tak lupa ia juga membawa rumah, budak-budak, dan tatanan hierarki sosial secara utuh. Yang termasuk dalam hal ini adalah para pendeta, yang terdiri dari:

  • Pendeta To Minaa (pendeta ini adalah orang yang tahu tentang sejarah dan seluk-beluk Toraja menurut kepercayaan Aluk Todolo)
  • Pendeta To Buraka
  • Pendeta Padi
  • Pendeta Obat-obatan.

Upacara pemakaman

Upacara pemakaman orang Toraja merupakan ritual yang paling penting dan berbiaya mahal. Semakin kaya dan berkuasa seseorang, maka biaya upacara pemakamannya akan semakin mahal. Dalam agama aluk, hanya keluarga bangsawan yang berhak menggelar pesta pemakaman yang besar. Pesta pemakaman seorang bangsawan biasanya dihadiri oleh ratusan orang dan berlangsung selama beberapa hari. Sebuah tempat prosesi pemakaman yang disebut rante biasanya disiapkan pada sebuah padang rumput yang luas, selain sebagai tempat pelayat yang hadir, juga sebagai tempat lumbung padi, dan berbagai perangkat pemakaman lainnya yang dibuat oleh keluarga yang ditinggalkan. Musik suling, nyanyian, lagu dan puisi, tangisan dan ratapan merupakan ekspresi duka cita yang dilakukan oleh suku Toraja tetapi semua itu tidak berlaku untuk pemakaman anak-anak, orang miskin, dan orang kelas rendah.

Upacara pemakaman ini kadang-kadang baru digelar setelah berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun sejak kematian yang bersangkutan, dengan tujuan agar keluarga yang ditinggalkan dapat mengumpulkan cukup uang untuk menutupi biaya pemakaman. Suku Toraja percaya bahwa kematian bukanlah sesuatu yang datang dengan tiba-tiba tetapi merupakan sebuah proses yang bertahap menuju Puya (dunia arwah atau akhirat). Dalam masa penungguan itu, jenazah dibungkus dengan beberapa helai kain dan disimpan di bawah tongkonan. Arwah orang mati dipercaya tetap tinggal di desa sampai upacara pemakaman selesai, setelah itu arwah akan melakukan perjalanan ke Puya.

Bagian lain dari pemakaman adalah penyembelihan kerbau. Semakin berkuasa seseorang maka semakin banyak kerbau yang disembelih. Penyembelihan dilakukan dengan menggunakan golok. Bangkai kerbau, termasuk kepalanya, dijajarkan di padang, menunggu pemiliknya, yang sedang dalam “masa tertidur”. Suku Toraja percaya bahwa arwah membutuhkan kerbau untuk melakukan perjalanannya dan akan lebih cepat sampai di Puya jika ada banyak kerbau. Penyembelihan puluhan kerbau dan ratusan babi merupakan puncak upacara pemakaman yang diiringi musik dan tarian para pemuda yang menangkap darah yang muncrat dengan bambu panjang. Sebagian daging tersebut diberikan kepada para tamu dan dicatat karena hal itu akan dianggap sebagai utang pada keluarga almarhum.

Ada tiga cara pemakaman: peti mati dapat disimpan di dalam gua, atau di makam batu berukir, atau digantung di tebing. Orang kaya kadang-kadang dikubur di makam batu berukir. Makam tersebut biasanya mahal dan waktu pembuatannya sekitar beberapa bulan. Di beberapa
daerah, gua batu digunakan untuk meyimpan jenazah seluruh anggota keluarga. Patung kayu yang disebut tau-tau biasanya diletakkan di gua dan menghadap ke luar. Peti mati bayi atau anak-anak digantung dengan tali di sisi tebing. Tali tersebut biasanya bertahan selama setahun sebelum membusuk dan membuat petinya terjatuh. Hmm, kapan lagi melihat pemakaman yang unik dan bernilai milyaran rupiah?

Gua dan Dinding Batu Tempat Penyimpanan Mayat

Salah satu tempat yang tidak boleh lupa dikunjungi saat berwisata ke Tana Toraja adalah gua tempat menyimpan mayat. Kebanyakan dari tempat tersebut berupa gua dan dinding batu yang menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi mayat. Di Tana Toraja terdapat tempat
pemakaman yang menarik itu dikenal dengan nama Londa, Ke’te Kesu dan Lemo.

Londa

Londa adalah bebatuan curam di sisi makam khas Tana Toraja. Salah satunya terletak di tempat yang tinggi dari bukit dengan gua yang dalam dimana peti-peti mayat diatur sesuai dengan garis keluarga, di satu sisi bukit lainya dibiarkan terbuka menghadap pemandangan hamparan hijau. Tampat ini terletak sekitar 5 km ke arah selatan dari Rantepao.

londa

Londa (travellinginindonesia.com)

Ke’te Kesu

Obyek yang mempesona di desa ini berupa Tongkonan, lumbung padi dan bangunan megalith di sekitarnya. Sekitar 100 meter di belakang perkampungan ini terdapat situs pekuburan tebing dengan kuburan bergantung dan tau-tau dalam bangunan batu yang diberi pagar. Tau-tau ini memperlihatkan penampilan pemiliknya sehari-hari. Perkampungan ini juga dikenal dengan keahlian seni ukir yang dimiliki oleh penduduknya dan sekaligus sebagai tempat yang bagus untuk berbelanja buah tangan. Tempat ini terletak sekitar 4 km dari tenggara Rantepao.

Ke'te Kesu

Ke’te Kesu (travellinginindonesia.com)

Lemo

Tempat ini sering disebut sebagai rumah para arwah. Di pemakaman Lemo, kita dapat melihat mayat yang disimpan di udara terbuka, di tengah bebatuan yang curam. Kompleks pemakaman ini merupakan perpaduan antara kematian, seni dan ritual. Pada waktu-waktu tertentu pakaian dari mayat-mayat akan diganti melalui upacara Ma’ Nene. Cara pemakaman dan perlakuan yang berbeda terhadap orang Toraja yang meninggal ini merupakan hal yang unik dan tidak biasa. Merasa tertantang untuk melihat pemandangang thriller? Ya, siapkan nyali untuk melakukan perjalanan ke tempat ini.

Lemo

Lemo (sulsel.go.id)

Ukiran kayu Toraja

Toraja memiliki sebuah seni mengukir kayu. Setiap panel pada ukiran kayu Toraja melambangkan niat baik. Setiap ukiran memiliki nama khusus. Motifnya biasanya adalah hewan dan tanaman yang melambangkan kebajikan seperti gulma air. Sedangkan motif kepiting dan kecebong melambangkan sebuah kesuburan. Sebuah ukiran kayu Toraja yang terdiri atas 15 panel persegi memiliki arti di setiap panelnya. Panel tengah bawah melambangkan kerbau atau kekayaan, sebagai harapan agar suatu keluarga memperoleh banyak kerbau. Panel tengah melambangkan simpul dan kotak, sebuah harapan agar semua keturunan keluarga akan bahagia dan hidup dalam kedamaian, seperti barang-barang yang tersimpan dalam sebuah kotak. Kotak bagian kiri atas dan kanan atas melambangkan hewan air, menunjukkan kebutuhan untuk bergerak cepat dan bekerja keras, seperti hewan yang bergerak di permukaan air. Hal Ini juga menunjukkan adanya kebutuhan akan keahlian tertentu untuk menghasilkan hasil yang baik.

Keteraturan dan ketertiban merupakan ciri umum dalam ukiran kayu Toraja, selain itu ukiran kayu Toraja juga abstrak dan geometris. Alam sering digunakan sebagai dasar dari ornamen Toraja, karena alam penuh dengan abstraksi dan geometri yang
teratur. Ornamen Toraja dipelajari dalam ethomatematika dengan tujuan mengungkap struktur matematikanya meskipun suku Toraja membuat ukiran ini hanya berdasarkan taksiran mereka sendiri. Suku Toraja menggunakan bambu untuk membuat oranamen geometris. Wow, benar-benar hebat. Orang Toraja telah mengenal ilmu matematika sejak ratusan tahun lalu. Tertarik melihat dan belajar etnomatematika ala orang Toraja?

Musik dan Tarian

Suku Toraja melakukan tarian dalam beberapa acara, kebanyakan dalam upacara penguburan. Mereka menari untuk menunjukkan rasa duka cita, dan untuk menghormati sekaligus menyemangati arwah almarhum karena sang arwah akan menjalani perjalanan panjang menuju akhirat. Pertama-tama, sekelompok pria membentuk lingkaran dan menyanyikan lagu sepanjang malam untuk menghormati almarhum (ritual tersebut disebut Ma’badong). Ritual tersebut dianggap sebagai komponen terpenting dalam upacara pemakaman.

Pada hari kedua pemakaman, tarian prajurit Ma’randing ditampilkan untuk memuji keberanian almarhum semasa hidupnya. Beberapa orang pria melakukan tarian dengan pedang, prisai besar dari kulit kerbau, helm tanduk kerbau, dan berbagai ornamen lainnya. Tarian Ma’randing mengawali prosesi ketika jenazah dibawa dari lumbung padi menuju rante, tempat upacara pemakaman. Selama upacara, para perempuan dewasa melakukan tarian Ma’katia sambil bernyanyi dan mengenakan kostum baju berbulu. Tarian Ma’akatia bertujuan untuk mengingatkan hadirin pada kemurahan hati dan kesetiaan almarhum. Setelah penyembelihan kerbau dan babi, sekelompok anak lelaki dan perempuan bertepuk tangan sambil melakukan tarian ceria yang disebut Ma’dondan.

Seperti di masyarakat agraris lainnya, suku Toraja bernyanyi dan menari selama musim panen. Tarian Ma’bugi dilakukan untuk merayakan Hari Pengucapan Syukur dan tarian Ma’gandangi ditampilkan ketika suku Toraja sedang menumbuk beras. Ada beberapa tarian perang, misalnya tarian Manimbong yang dilakukan oleh pria dan kemudian diikuti oleh tarian Ma’dandan oleh perempuan. Agama Aluk mengatur kapan dan bagaimana suku Toraja menari. Sebuah tarian yang disebut Ma’bua hanya bisa dilakukan 12 tahun sekali. Ma’bua adalah upacara Toraja yang penting ketika pemuka agama mengenakan kepala kerbau dan menari di sekeliling pohon suci.

Alat musik tradisional Toraja adalah suling bambu yang disebut Pa’suling. Suling berlubang enam ini dimainkan pada banyak tarian, seperti pada tarian Ma’bondensan, ketika alat ini dimainkan bersama sekelompok pria yang menari dengan tidak berbaju dan berkuku jari panjang. Suku Toraja juga mempunyai alat musik lainnya, misalnya Pa’pelle yang dibuat dari daun palem dan dimainkan pada waktu panen dan ketika upacara pembukaan rumah.

Lovely December: Menutup Akhir Tahun di Tanah Toraja

Tidak sabar kan menikmati pemandangan alam dan budaya Tana Toraja yang menakjubkan sekaligus mengerikan? Sebuah perjalanan wisata yang menyajikan komposisi yang menyegarakan jiwa dan raga kita. Tempat-tempat serta ritual adat tentu akan membuat kita semakin kagum terhadap kuasa Sang Pencipta. Disamping itu, alam Tana Toraja yang segar tentu akan membersihkan reagen-reagen (racun) akibat polusi kota di tubuh kita. Ayo, rencanakan perjalanan terbaikmu ke Tana Toraja di liburan akhir tahun 2012 ini. Tahun ini, Tana Toraja merupakan tuan rumah dari acara Lovely December: sebuah agenda tahunan dari dinas kebudayaan dan pariwisata pemerintah kabupaten Sulawesi Selatan. Tidak tanggung-tanggung, pemerintah Kabupaten Tana Toraja menyediakan anggaran sebesar Rp 1 milyar untuk penyelenggaraan acara ini. Anggaran sebesar ini akan digunakan untuk berbagai kegiatan dalam memeriahkan event tahunan yang ditujukan sebagai ajang promosi pariwisata.

Dinas kebudayaan dan pariwisata kabupaten Sulawesi Selatan, telah banyak merancang berbagai kegiatan. Berikut ini adalah timeline lengkap acara Lovely December in Toraja 2012:

  • Jelajah Sepeda Wisata tanggal 1 sampai 2 Desember.
  • Rakit Tradisional 5 Desember di Bungin Pantan.
  • Jalan Santai 7 Desember di Makale.
  • Trekking 10 Dessember di Burake Sangngalla.
  • Lomba Mancing 15 Desember di Barereng Kurra.
  • Panjat Tebing 17 Desember di Tana Toraja.
  • Lomba Tangkap Ikan 18 Desember di Makale.
  • Lomba Pohon Natal Hias 20 s.d 25 Desember di sepanjang jalan Poros Salubarani-Rantelemo.
  • Pameran Kuliner dan Kerajinan 20 s.d 31 Desember di Makale.
  • Atraksi Tambahan Pertunjukan Seni dan Budaya dari Kabupatem di Sul-Sel 23 dan 26 Desember di Makale.
  • Parade Busana Toraja 26 Desember di Makale.
  • Saluputti Mamali 26 s.d 29 Desember di Saluputti Ulusalu.
  • Puncak Lovely Desember dan Natal Oikumene 27 Desember di Makale.
  • Reuni Katolik 28 Desember SMA Katolik di Makale.
  • Malam Apresiasi Budaya (MAB II) SSN 29 Desember Lap. Basket di Makale.
  • Pesta Kembang Api dan Tutup Tahun 31 Desember di Plasa Makale.

Serangkaian kegiatan ini merupakan sebuah upaya untuk kembali menggali potensi-potensi lain dari semua elemen masyarakat Toraja. Lovely December di Tanah Toraja akan lebih semarak dari tahun sebelumnya dan pastinya akan lebih banyak lagi menarik perhatian banyak wisatawan baik dalam negeri maupun mancanegara.

Goes to Tana Toraja Now!

Sudah bulatkah tekad untuk menutup akhir tahun di Tana Toraja? Bingung bagaimana membawa diri anda sampai ke Tana Toraja? Ya, saya akan mencoba memberikan Anda petunjuk untuk sampai ke tempai ini. Kita tinggal naik pesawat dengan tujuan Bandara Hassanudin, Makasar. Setelah itu, tujuan selanjutnya adalah terminal Daya yang merupakan pusat kota Makassar. Perjalanan ke tempat ini bisa dengan menggunakan bus, taksi bandara, “pete-pete” (sebuah minivan), ataupun dengan ojek. Bagi anda yang lebih memilih untuk naik taksi, ada beberapa loket taksi yang tersedia, seperti Primkopau, Bosowa, Bandari Avia Mandiri, Lima Muda, dan lain-lain. Lama perjalanan dari bandara ke terminal Daya atau pusat kota Makassar dengan taksi membutuhkan waktu sekitar 20 menit dan biayanya sekitar Rp 36.000. Jika ingin mencoba naik pete-pete, kita harus berjalan keluar dari terminal bandara untuk mencapai jalan utama. Pete-pete hanya Rp 4.000 untuk mencapai terminal Daya (naik jurusan “Maros-Pangkep” atau sebaliknya). Setelah sampai di terminal Daya, untuk mencapai Tana Toraja, kita bisa menyewa mobil ataupun bus. Tiket bus dapat dibeli di kantor operasional, di terminal dan perwakilan-perwakilan bus itu sendiri yang mudah di jangkau di kota Makassar. Bus akan berhenti satu sampai dua kali di beberapa restoran atau rumah makan di sepanjang perjalanan. Bus biasanya mulai berangkat pukul 07.00 WITA hingga pukul 22.00 WITA dari terminal Daya Makassar. Perjalanan ditempuh dalam waktu 6-7 jam. Walaupun menempuh perjalanan darat yang cukup lama, kita tidak perlu khawatir. Jalanan menuju tempat ini memiliki kondisi yang baik. Ditambah lagi, mata kita akan dimanjakan oleh panorama keindahan pemandangan sepanjang jalan (daratan, lautan, dan rute lika-liku dengan landscape pegunungan).

Berikut ini beberapa daftar perusahaan penyedia jasa angkutan bus dari terminal Daya menuju Tana Toraja. Usahakan untuk memesan tiket bus setidaknya satu hari sebelum keberangkatan melalui telepon.

  • Fa Litha. Lokasi: Jl. Pelita No. 97, Makaleatau; Jl. Mappanyukki, Rantepao atau terminal Daya Makassar. Telepon: 0423 22009 (Makale), 0423 21204 (Rantepao), 0411 442263 (Makassar). Menuju Makale atau Rantepao pada pukul 10.00 WITA.
  • New Liman. Lokasi: Jl. Mappanyukki, Rantepao. Telepon: 0423 23767 (Rantepao), 0411 458404 (Makassar). Jam operasional: setiap hari, pukul 09.00—21.30 WITA. Keterangan: semua bus menggunakan AC dan harga tiket sebesar Rp 80.000 dari Rantepao ke Makassar atau sebaliknya. Bus meninggalkan Tana Toraja maupun Makassar pada pukul 07.00 dan 22.00 WITA.
  • Bintang Prima. Lokasi: Rantepao. Telepon: 0423 21142 (Rantepao), 0411 4772888, 581305 (Makassar). Keterangan: tarif bus (non AC/AC) sebesar Rp 80.000.
  • Alam Indah. Lokasi: Jl. Mappanyukki No. 42, Rantepao. Telepon: 0423 21305. Jam operasional: setiap hari, pukul 06.00—21.30 WITA. Keterangan: semua bus dilengkapi dengan AC. Bus pertama yang meninggalkan Rantepao atau Makassar pada pukul 08.30 WITA dan harga tiket sebesar Rp 80.000.

Sebenarnya, dari Bandara Hassanudin, bisa juga menuju Tana Toraja dengan menggunakan pesawat. Tana Toraja memang memiliki lapangan terbang yang disebut Bandara Pongtiku yang terletak di Desa Rantetayo (dekat Makale, Ibukota kabupaten Tana Toraja). Namun sayangnya, akhir-akhir ini tidak ada layanan pesawat regular ke tempat ini. Jika
menggunakan pesawat, umumnya akan memakan waktu sekitar 55 menit (dengan menggunakan pesawat 20 kursi).

Kita juga bisa memilih untuk melakukan perjalanan wisata yang sudah diatur sebelumnya. Ada banyak agen perjalanan di Bandara Hasanuddin. Meskipun lebih mudah dan sederhana, namun biaya yang Anda keluarkan mungkin akan lebih besar. Loket mereka dapat di temukan dengan mudah di area keberangkatan bandara. Beberapa agen perjalanan yang ada yaitu
Himeji, Maha Mega, Orient Celebes, dan Celebes Adventure, yang menjual paket wisata ke Tana Toraja, menyediakan pemandu wisata, pemesanan hotel, pengaturan perjalanan, dan sebagainya. Agen ini tersedia setiap hari pada pukul 09.00—20.00 WITA.

Nah, untuk semakin memotivasi Anda berkunjung ke Tana Toraja, berikut video dari Dinas Pariwisata Tana Toraja.

 

So, are you ready to go to Tana Toraja Now?

See you in Lovely December Event, at lovely place, Tana Toraja.

 

mymakassar.com ( Lomba Konten Blog Lovely Toraja 2012)

 

Kepustakaan

Anggaran Lovely Toraja 2012 1 Milyar,

http://www.visittanatoraja.org/berita/item/76-anggaran-lovely-toraja-2012-rp-1-milyar

(diunduh 5 Desember 2012).

Lovely December in Toraja,

http://www.mymakassar.com/in/event-menarik/event-mendatang/item/482-lovely-desember-in-toraja

(diunduh 5 Desember 2012).

Lovely Toraja, Berkunjung ke Tempat Wisata Toraja,

http://www.mymakassar.com/

(diunduh 5 Desember 2012).

Menuju Tana Toraja,

http://visittanatoraja.org/component/k2/item/79-menuju-tana-toraja

(diunduh 5 Desember 2012).

Tana Toraja: Negerinya Orang Mati yang Hidup,

http://www.indonesia.travel/id/destination/477/tana-toraja

(diunduh 5 Desember 2012).

Teisme Manusia Tana Toraja,

http://wongalus.wordpress.com/2009/07/07/teisme-manusia-tana-toraja/
(diunduh 5 Desember 2012).

Leave a comment